Kreativitas
didefinisikan dan dimaknai dengan berbagai sudut pandang. Secara
bahasa, Michaelis (1980) mengartikan kreativitas sebagai sesuatu yang
baru atau original. Michaelis menambahkan bahwa sekaitan
dengan dunia anak, hal yang baru atau original tersebut mengandung makna
interpretasi. Jadi baru di sini adalah sesuatu sebagai hasil dari
hubungan sintesis ide-ide original yang sudah ada, hipotesis yang baru
atau cara baru dalam melakukan sesuatu.hubungan dari sintesis dan
ekspresi. Jadi baru bukan benar-benar baru tapi merupakan hasil dari
kemampuan dalam menyusun kembali sesuatu yang telah ada untuk tujuan
tertentu. Seperti yang dinyatakan Lowenfield (1956):
Jadi, ketika kita
berbicara kreativitas dan anak, maka kita berbicara bagaimana memberikan
materi-materi pengetahuan pada anak sehingga input pengetahuannya
banyak dan akhirnya dia bisa mensintesis dari pengetahuan-pengetahuan
tersebut hal-hal yang baru atau orisinil. Tapi pentu saja selain input
berbagai pengetahuan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan
kesempatan pada anak untuk melahiran hal yang orisinil tersebut.
Kreativitas menyangkut berbagai segi.
Ditinjau dari segi kepribadian, kreativitas merujuk pada potensi atau
daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan
bidang yang berbeda-beda. Kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak
untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Setelah itu, kita pun harus
menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.
Jika ditinjau sebagai suatu proses, kreativitas dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan
yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam
menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan,
kreativitas hendaknya mendapat perhatian dalam hal proses, bukan produk
dari kreativitas itu sendiri.
Ada 3 ciri dominan anak kreatif, yakni spontan,
memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada hal-hal yang baru. Ketiga
ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak, artinya pada dasarnya semua
anak memiliki kemampuan dasar kreativitas sejak dini. Pada usia
selanjutnya kreativitas anak dapat berkembang optimal atau dapat
tertekan atau terhambat tergantung berbagai hal, seperti gizi,
kesehatan, pengasuhan, serta lingkungan sekitar. Kewajiban orang tua
sebenarnya adalah mempertahankan agar anak tetap kreatif
Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa
setiap permasalahan memiliki solusi. Orang kreatif juga sudah biasa
terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil resiko atas ide barunya
tersebut meskipun tidak mendapat respon dari lingkungannya. Ciri-ciri orang kreatif antara lain:
- Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang Anda berikan.
- Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang.
- Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
- Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil sebagaimana aslinya.
Agar kreativitas dapat
berkembang, diperlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan
dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa hasrat dan
motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya
keluarga, sekolah dan lingkungan.
Dalam lingkungan keluarga,
pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika
tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan
lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya.
Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis
dan spiritual anak. Di Jepang, misalnya, karena Jepang sangat
memperhatikan pengembangan kreativitas anak melalui kebebasan dan
pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang
mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995). Tapi kondisi
tersebut sangat berbeda di Indonesia. Suatu penelitian di Jakarta
tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang
tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri
inisiatif, kemandirian dan kebebasan yang erat hubungannya dengan
pengembangan kreativitas dan lebih mementingakan ciri-ciri kerajinan,
disiplin dan kepatuhan.
Setelah keluarga, lingkungan
selanjutnya yang bisa mempengaruhi kreativitas anak adalah sekolah.
Menurut pengamat pendidikan Islam Drs. Asep Sujana, anak-anak di masa
sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya
kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran prakarya atau hastakarya
dengan membuat beberapa perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan
rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan
sekolah. Tapi sekarang situasi di sekolah tidak memunginkan anak untuk
kreatif. Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang
lebih 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang
sebenarnya dimiliki (Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan
tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.
Endah Silawati
http://parentingislami.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment