Kenapa ini harus terjadi? Kenapa harus aku yang mengalaminya? Begitulah
pertanyaan yang terlontar seorang laki paruh baya, ia tidak pernah tahu
penyebabnya bagaimana peristiwa itu terjadi, ia juga tidak bisa
menentukan apa yang terjadi, walau ia berusaha semaksimal mungkin
sesuatu terjadi diluar kemampuan dirinya. Sore itu di Rumah Amalia, ia
bertutur bahwa dirinya mengalami kecelakaan fatal yang nyaris merenggut
nyawanya, walau selamat, ia mengalami guncangan yang teramat berat,
jiwanya yang kuat terkadang tidak mampu menanggung beban sebesar itu.
Setiap kali sendiri, selalu saja muncul kegelisahan hatinya, apakah yang
dilakukan di dalam hidupnya selama ini sudah benar? Teringat masa muda
yang bergelimang dosa, jauh dari Allah. Anak dan istrinya menderita
karena tidak terurus dengan alasan sibuk kerja.
Air matanya
mengalir, terucap lirih, 'Ya Allah ampunilah hambaMu ini' Ia masih
teringat ketika mengendarai mobilnya, ia sudah berhati-hati, ia membawa
mobilnya dengan baik, tetapi entah kenapa masih saja ia mengalami
kecelakaan? Ia sudah mengantisipasi semua hal, tetap juga kena musibah.
Peristiwa yang dirasakan membuat ia tenggelam dalam kesedihan, tidak
mengerti kenapa semua itu terjadi pada dirinya. Adakah yang bisa
menjawabnya, Ribuan pertanyaan, dirinya tidak pernah menemukan
jawabannya. Mengapa musibah ini membuat hidupku menderita? Hanya
Allahlah mengetahui jawabannya, kita hanyalah aktor yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk mengikuti skenarionya. Allah telah
menyiapkan alur cerita, ada bagian cerita yang indah, ada cerita yang
penuh isak dan tangis.
Beberapa hari kemudian setelah pulang
dari Rumah Sakit, Istri & anaknya telah kembali ke rumah. Air
matanya yang mengalir setiap malam anak dan istrinya kembali. Kepahitan
hidup yang bertubi-tubi yang dihadapinya membuatnya lebih mendekatkan
diri kepada Allah & bisa lebih bersabar dalam menjalani hidup.
Sholat fardhu senantiasa dikerjakan tepat waktu. Kepahitan hidup telah
membuatnya tersadar akan cinta & kasih sayang anak & istrinya,
ia telah menyesali apa yang telah dilakukannya, memohon ampun kepada
Allah atas kesalahan yang pernah dilakukannya. 'Hai orang2 yang beriman,
mintalah pertolongan (pada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya
Allah bersama orang2 yang sabar' (QS. al-Baqarah : 153).
---
Sahabatku, aminkan doa ini agar menjaga keharmonisan keluarga. "Robbana
atmin lana nurona waghfirlana, innaka ‘ala kulli syay`in qodirun. “Ya
Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahrim
[66]:8).
Wassalam,
Thursday, 5 July 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment