Monday 10 September 2012

Stanford - Binet Test


Latar Belakang Sejarah

Binet dilahirkan di Nice Francis pada tahun 1857. Ayahnya adalah seorang dokter, dan ibunya adalah seorang pelukis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih muda, dan Binet pindah ke Paris dengan ibunya. Dia masuk sekolah hukum, dia mendapatkan gelarnya tahun 1878. Dia telah merencanakan melanjutkan sekolahnya ke kedokteran, tapi dia memutuskan untuk di Psikologi yang ia anggap lebih penting. Binet banyak mendapatkan pengetahuan psikolgi dari membaca buku-buku karya Charles Darwin, Alexander Bain, dan lain-lain.

Dalam sebuah konfrensi di Roma, April 1905, dr Henri Beaunis membaca tulisan yang dipaparkan oleh Alfred binet dan Theodore Simon tentang perkembangan kemampuan objektif untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami retardasi mental. Bentuk asli tes ini telah di revisi, dan versi barunya dibuat tahun 1908 dan 1911 , yang diberi nama Chelle matrique de I’nteligence atau skala pengukur Intelegensi.

Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. (http://www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm)

Pada tahun 1881, pemerintah Perancis mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. Sebelum nya, anak yang lambat belajar biasanya tetap berada di rumah; sekarang guru harus mengahadapi berbagai perbedaan individual. Pemerintah meminta Binet untuk membuat sebuah tes yang dapat mendeteksi anak mana yang terlalu lambat secara intelektualnya, dan anak mana yang akan mendapat manfaat dari kurikulum seperti biasa. (Atkinson: tanpa tahun)

Dalam membentuk teorinya ia dibantu teman sejawatnya, Theodore Simon, sehingga tesnya terkenal dengan nama Test Binet-Simon. (Alex Sobur:2003). Alfred Binet dan Theodor Simon, mulai merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (kemampuan di bawah rata-rata).

Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika membuat banyak perbaikan dari tes Binet-Simon dengan karangannya The Measurement of Intelligence: An Explanation of and a Complete Guide for the Use of the Stanford Revision and Extension of the Binet-Simon Intelligence Scale. (Becker 2003). Ia mengembangkan tes Binet untuk diadaptasi pada anak sekolah Amerika. Ia membakukan pemberian tes dan mengembangkan norma tingkat usia dengan memberikan tes kepada ribuan anak. Ia menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara usia mental (mental age) dengan usia kronologis (chronological age). Hasil perbaikan ini disebut tes Stanford-Binet.

Setelah 2 dekade mempublikasikan Stanford-Binet, Terman meneruskan risetnya dan mengembangkannya. Ia bekerja dengan Maud Merril, murid pertamanya yang belakangan jadi professor di Stanford University. Terman membuat 2 bentuk parallel dari tes Stanford Binet, yang bentuknya terdiri dari bentuk revisi originalnya Stanford dan di tambah dengan item baru. Terman dan Merrill menulis "provided two scales instead of one, have extended them so as to afford a more adequate sampling of abilities at the upper and lower levels, have defined still more meticulously the procedures for administration and scoring, and have based the standardization upon larger and more representative populations" (Pemberian 2 skala lebih baik dari pada satu karena dengan hal itu skala tersebut mampu memberikan berbagai macam contoh kemampuan, dari level yang lebih tinggi sampai yang lebih rendah, kemudian memberikan definisi yang lebih teliti tentang bagaimana cara dalam pengolahan, dan scoring, dan memilki standarisasi yang lebih luas dan lebih refresentatif (mewakili) populasi). Hasilnya telah dipublikasikan dengan bentuk form L (for Lewis) dan form M (for Merril) of Stanford-Binet. (Becker 2003)

Pada tahun 1950, Merrill merevisi tes Stanford Binet, dengan menyeleksi bentuk item terbaik dari bentuk L dan M untuk dimasukan dalam versi tes terbaru the form L-M. Kedua kombinasi bentuk itu telah dipublikasikan pada tahun 1960, dan belakangan di tahun 1973 telah di norma ulang (renormed). Bentuk ini telah ditambah pilihan pengganti pada semua level, tapi sebaliknya, bentuk formatnya telah menyisakan kesamaan dengan bentuk 1937.

Tes Stanford Binet ini mengalami beberapa revisi tahun 1937, 1960/1972, 1986, dan terbaru 2003.

Metode Binet: skala Mental-Usia

Binet berpendapat bahwa anak yang lambat atau bodoh sama seperti anak normal yang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan mentalnya. Pada pemeriksaan, anak lambat akan bertindak seperti anak normal dengan usia yang lebih muda, sedangkan kemampuan mental anak cerdas adalah karakteristik untuk yang lebih tua.

Sistem penilaian untuk menghitung rasio usia mental (MA) telah di tetapkan, sehingga MA rata-rata untuk sekelompok besar anak-anak usia kronologis (CA) tertentu, dalam faktanya, sama dengan CA. sebagai contoh, rata-rata MA untuk sampai anak 10 tahun sama dengan CA 10 tahun; tetapi, untuk anak 10 tahun tertentu, MA nya dapat di bawah, sama, atau di atas CA 10 tahun. Jad MA anak cerdas di atas CA nya; MA anak bodoh di bawah CA nya. Jelas skala usia-mental ini mudah diinterpretasikan oleh guru dan orang lain yang menghadapi anak-anak dengan kemampuan mental yang berbeda-beda.

Tiap butir tes disesuaikan dengan usia pada tingkat dimana sebagian anak menempuhnya. Usia mental anak didapatkan dengan menjumlahkan banyaknya butir soal yang dijawab secara tepat pada tingkat usia. Selain itu, terman menerapkan indeks intelegensia yang disarankan oleh ahli psikologi Jerman, Wiliam Stern. Indeks ini adalah Inteligence Quotient, yang umum dikenal sebagai IQ. Indeks ini mengekspresikan Intelegensia sebagai rasio usia mental (MA )terhadapa usia kronologis (CA).

IQ= MA/CAx100

100 digunakan sebagai pengali, sehingga IQ memilki nilai 100 jika MA sama dengan CA. Jika MA lebih rendah dari CA, maka IQ lebih kecil dari 100; dan sebaliknya jika MA lebih tinggi dari CA, maka IQ lebih tinggi dari 100.

Bagaimana Ia merancang tes tersebut?

Ia memperhatikan anak-anak memecahkan berbagai persoalan yang berbeda, dan membentuk serangkaian pertanyaan atau item yang tipikal dari prestasi anak-anak yang usianya berbeda-beda, dan membedakan pula anak-anak cemerlang dan bodoh.

Berikut merupakan contoh item skala asli yang diterbitkan tahun 1908, yang menunujukan jenis-jenis kemampuan yang dianggap rata-rata bagi anak-anak umur tiga dan tujuh tahun (Mahmud, dalam alex sobur:2003). Conto kemampuan anak :
Umur 3 tahun :
  • Kemampuan menunjuk hidung, mata dan mulut
  • Mengulang-ulang dua angka
  • Kemampuan menyebut nama akhir
  • Memberi nama-nama objek pada sebuah gambar
  • Mengulang-ulang kalimat yang terdiri atas enam suku kata

Umur 8 tahun :
  • Kemampuan memeberi nama pada sesuatu yng hilang dalam gambar-gambar yang sudah dikenal tapi belum selesai
  • Mengetahui jumlah jari tangan kanan dan kiri tanpa menghitungnya
  • Kemampuan mencontoh jajaran genjang
  • Mengulang lima angka
  • Menghitung tiga belas sen
  • Mengetahui nama empat macam uang logam

Binet seperti tampak pada contoh diatas, mengeluarkan skala soal tes dengan kesulitan yang meningkat, yang mengukur jenis-jenis perubahan intelegensia, yang biasanya berkaitan dengan peningkatan usia. Semakin tinggi anak di dalam skala itu dengan menjawab soal secara tepat, semakin tinggi usia mental anak itu.

Stanford-binet menggunakan campuran dari berbagai jenis soal untuk menguji intelegensi. Sampai revisi tahun 1986, semua soal berperan sama besar terhadap besar IQ total. Seorang anak mungkin mengerjakan secara sangat baik tes perbendaharaan kata (vocabulary test), namun tidak baik pada tes yang memerlukan penggambaran benuk-bentuk geometrik. Kelebihan dan kelemahan itu mungkin diketaui oleh pemeriksa, tetapi tidak tercermin dalam nilai IQ.

Kemudian sejalan dengan pandangan sekarang menganai intelegensi sebagai komposit dari kemampuan yang berbeda, revisi 1986 mengelompokan tesnya menjadi empat bidang luas kemampuan intelektual, yakni : penelaran verbal, penalaran abstarak/visual, penalaran kuantitatif, dan memori jangka pendek. Nilai yang berbeda didapatkan untuk setiap bidang.
Berikut adalah contoh tipikal soal dari Stanford-binet intelligence scale, revisi 1986, untuk anak usia 6 sampai 8 tahun yang di kelompokan menurut bidangnya, bagaiman dikutip rita l. Atkinson dan kawan-kawan, dalam buku mereka, introduction to psychology:

Penalaran verbal
  • Perbendaharaan kata (vocabulary):
    Mengidentifikasi kata, seperti "uang" dan "amplop"
  • Pemahaman (Comprehension)
    Menjawab pertanyaan, seperti "kemana orang membeli makanan?" dan "mengapa orang menyisir rambutnya?"
  • Keganjilan (absurdities):
    Mengenali bagian "lucu" dari sebuah gambar, seperti; anak perempuan mengendarai sepeda di atas danau" atau "pria botak menyisir rambutnya".
  • Hubungan verbal (verbal relation):
    Mengatakan bagaiman tiga kata pertama di dalam urutan adalah mirip satu sama lain, dan bagaimana mereka berbeda dari kata keempat; syal, dasi, selendang, baju.

Penalaran Kuantitatif
  • Kuantitatif
    Melakukan hitungan aritmatika sederhana, seperti memilih mata dadu dengan enam bintik, karena jumlah bintik sama dengan kombinasi mata dadu dua bintik dan empat bintik.
  • Urutan angka
    Mengisi dua angka selanjutnya dalam urutan, seperi 20 16 12 8….
  • Membentuk persamaan (equation building)Bentuklah suatu persamaan dari susunan berikut:
    3 5 + = jawaban yang benar adalah 2+3=5

Penalaran Abstrak/visual
  • Analisi polaMencontoh bangun sederhana dengan balok.
  • Mencontoh gambarMencontoh gambar geometris yang ditunjukan oleh penguji, seperti persegi yang di potong oleh dua diagonal.

Memori jangka pendek
  • Mengingat bentukTunjukan gambar beberapa bentuk manic-manik yang berbeda yang disusun di sebuah kayu. Buatlah urutan yang sama dengan berdasarkan ingatan saja.
  • Mengingat kalimatUlangi kalimat yang di ucapkan oleh penguji, seperti "sekarang waktunya tidur" dan "ken membuat gambar untuk hadiah ulang tahun ibunya".
  • Mengingat angkaUlangi urutan angka yang di ucapkan oleh penguji, seperti; 5 – 7 – 8 – 3, maju atau mundur.
  • Mengingat benda
    Tunjukkan gambar suatu benda, seperi jam dan dajah, satu persatu. Kenali benda tersebut dalam urutan penampilannya yang tepat dan gambar yang juga mencakup benda lain; sebagai contohnya; bis, badut, gajah, telur, jam.
Interpretasi IQ

Bagaimana IQ diinterpretasikan? Distribusi IQ kira-kira membentuk kurva yang ditemukan pada banyak perbedaan individual, seperti perbedaan tingi badan, berbentuk lonceng; kurva berbentuk lonceng ini dinamakan dengan kurva disribusi normal.
Deskripsi Verbal
0-19 = Idiot
20-49 =Embicile
50-69 = Moron
70-79 = Inferior
80-89 = Bodoh
90-109 = Normal
110-119 = pandai
120-129 = Superior
130-139 = Sangat Superior
140-179 = Gifted
180 ke atas = Genius

Ciri-ciri tiap Intelegensi hasil pengukuran

Cacat Mental (Mentally Deficient/Feeble Minded)

Mereka yang IQ-nya dibawah 70 disebut cacat mental atau lemah pikiran (feeble minded). Mereka ini menderita amentia atau kurang pikiran. Yang termasuk dalam kategori cacat mental atau lemah pikiran adalah tingkat-tingkat : idiot, embisil, dan moron (debil).

Ciri-ciri umum dari orang yang cacat mental adalah :

1. Tidak dapat mengurus dan memenuhi kebutuhannya sendiri;
2. kelambatan mental sejak lahir;
3. kelambatan dalam kematangan;
4. pada dasarnya tidak dapat diobati.

Idiot (IQ 0-19)

Idiot (idiocy) adalah suatu istilah yuridis dan paedagogis, yang diperuntukkan bagi mereka yang lemah pikiran tingkat paling rendah.

Menurut para ahli, kira-kira sekali pada dua ribu kelahiran, terjadi idiocy. Semua bentuk idiocy perlu dilembagakan , dirawat oleh para dokter dan pekerja-pekerja sosial, sebab, apabila dipelihara dirumah ia merupakan beban yang tidak ringan, baik bagi orang tuanya maupun bagi para anggota keluarga yang lain. Ciri-ciri idiocy antara lain:
  • Fisiknya lemah tidak tahan terhadap penyakit, dan tidak mengenal bahaya; karena itu orang-orang seperti ini umurnya tidak panjang.
  • Beberapa idiot dapat belajar berjalan tetapi pada umumnya mereka tidak mampu dan harus tetap tinggal berbaring selama hidupnya.
  • Tidak mengenal rasa senang dan sakit.
  • Tidak bisa berbicara dan hanya mengenal beberapa kata saja.
  • Ada yang garang dan bersifat destruktif, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap sekelilingnya.

c. Embicile (IQ 20-49)
seperi halnya idiot, merka yang embicile juga perlu ditempatkan dalam lembaga. Sebab, di lembaga inilah mereka akan belajar berbicara, makan sendiri, Dn berpakaian sendiri, menyapu memelihara kebun serta keterampilan sederhana lainnya. Sebagian terbesar dari mereka ditempatkan di lembaga lewat pengadilan. Itulah sebabnya para psikolog berpendapat bahwa anak-anak semacam itu sebaiknya tidak ditempatkan di sekolah-sekolah, tetapi di lembaga-lembaga, sebelum potensi kejahatannya berkembang. Ciri-ciri embicile antara lain:
  • Tidak dapat di didik di sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak normal.
  • Walaupun dapat mengurus dirinya sendiri mereka masih memerlukan pengawasan yang teliti dan memerlukan kesabaran.
  • Pada waktu bayi, mereka sangat tidak responsif dan apatis sekali.
  • Mereka umumnya baru bisa berjalan pada usia tiga atau empat tahun, dan pada umur lima tahun mereka berbicara.
  • Kebiasaan makan dan keberhasilannya terbelakang tiga sampai empat tahun.
  • Mereka dapat diajari mengenal bahaya, seperti bahaya api, bahaya tenggelan di air yang dalam dan sebagainya.

d. Moron (IQ 50-69)

Moron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada masa dewasa, moron dianggap memiliki kecerdasan yang sederajat dengan kecerdasan anak-anak yang berusia 7-10 tahun. Tingkat intelegensinya bergerak antara 50-70. Ciri-cirinya:
  • Di sekolah, mereka jarang bisa mencapai lebih dari kelas lima.
  • Sampai pada tingkat tertentu, mereka dapat belajar membaca menulis, dan berhitung dalam perhitungan-perhitungan yang sederhana
  • Mereka dpat mempelajari pekerjaan rutin dan bisa terus menerus melakukan pekerjaan itu selama tidak mengalami perubahan yang berarti.
  • Angka pelanggaran hukum adalah tertinggi diantara gadis-gadis yang moron : para pencuri dan pelacur sering berasal dari golongan moron ini.
  • Mereka juga memiliki dorongan, keinginan dan emosi yang normal , tetapi tidak mempunyai kecerdasan untuk mengontrol atau meramalkan akibat perbuatannya.

e. Inferior ( IQ 70-79)

Ini merupakan kelompok tersendiri dari individu terbelakang. Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok embicile, namun kelompok ini mempunyai kecakapan tertentu yang melabihi kecerdasannya ; misalnya dalam bidang musik.

Mereka yang termasuk kelompok inferior memiliki tingkat kecerdasan di bawah kelompok normal dan bodoh serta di atas kelompok terbelakang. Kelompok ini bisa memelihara dirinya sendiri dan dengan susah payah mereka dapat mengerjakan sejumlah kecil pekerjaan atau pelajaran sekolah lanjutan pertama, tetapi jarang atau sukar untuk menyelesaikan kelas terakhir SLTP.

f. Bodoh (IQ 80-89)

Pada umumnya kelompok mini ini agak lambat dalam mencerna pelajaran di sekolah. Meskipun demikian mereka dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SLTP,namun agak sulit untuk menyelesaikan pendidikan SLTA.

g. Normal/Rata-rata (IQ 90-109)

Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar persentasenya diantara populasi. Mereka mempunyai IQ yang sedang, normal, atau rata-rata.

h. Pandai (IQ 110-119)

Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan pendidikan tingkat unuversitas atau perguruan tinggi. Jika bersatu dengan kelompok normal, mereka biasanya merupakan "repid learner" atau "giveted", yaitu pemimpin dalm kelasnya.

i.superior (IQ 120-129)

Ciri-ciri kelompok superior ini, antara lain: lebih cakap dalam membaca, berhitung; pembendaharaan bahasanya luas, cepat memahami pengertian yang abstrak, dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan orang – orang yang termasuk kelompok pandai. Demikian pula dengan kesehatannya dan ketahanannya lebih baik dari pada orang-orang normal.

j. sangat superior (IQ 130-139)

kelompok ini termasuk kelompok superior yang berbeda pada tinggkat tertinggi dalam kelompok tersebut. Umumnya, tidak ada perbedaan yang mencolok dengan kelompok superior.

k. gifted (IQ 140-179)

yang termasuk dalm golongan ini adalah mereka yang tidak genius, tetapi menonjol dan terkenal. Bakatnya sudak nampak sejak kecil dan prestasinya, biasanya, melebihi teman sekelasnya. Jika dibandingkan dengan orang normal,adjustment-nya terhadap berbagai problem hidup lebih baik. Sekitar 80 persen diantara mereka dapat menyelesaikan study di perguruan tinggi dengan prestasi yang memuaskan. Jabatan yang di pegangnya pun banyak, dan jarang sakit atau meninggal pada usia muda.

l. Genius (IQ 180 keatas)

pada kelompok ini bakat dan keistimewaanya telah tampak sejak kecil. Misalnya usia 2 tahun mulai belajar membaca, dan pada umur 4 tahun belajar bahasa asing. Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa. Walaupun tidak sekolah, mereka mampu menemukan dan memecahkan suatu masalah. Jumlahnya sangat sedikit, namun terdapat pada pada semua ras bangsa dan bangsa,semua jenis kelamin , serta dalam semua tingkatan ekonomi. Contoh orang –orang jenius, antara lain: Jhon mill (IQ 200), Francis Galton (IQ 200), dan Goethe (IQ 185). Para psikolog klinis umumnya berpendapat bahwa mereka akan mengalami problem-problem khusus dalam perkambangan sosial dan emosinya.



DAFTAR PUSTAKA

Becker, K. A. 2003. History of the Stanford-Binet intelligence scales: Content and sychometrics.
(Stanford-Binet Intelligence Scales, Fifth Edition Assessment Service Bulletin No. 1). Itasca, IL:Riverside Publishing.

Atkinson, Rita L.,et al., Pengantar Psikologi, jilid 2, Edisi Kesebelas, penerjemah Widjaja Kusuma, Batam: Interaksara

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Orang Tua yang Baik itu......


Apakah Anda orang yang malas senyum? Kalau jawabannya: ya, lalu perhatikan anak -anak Anda. Soalnya sebuah riset mengatakan, anak-anak khususnya yang masih sangat muda, bercermin pada ekspresi wajah Anda. Jadi semakin banyak Anda tersenyum, lebih mudah pula anak Anda tersenyum serta mendapat perasaan yang lebih menggembirakan.
Dari hal keseharian yang kelihatannya tak susah dilakukan, majalah Parents, edisi Agustus (1999) menulis, semua orang bisa menjadi orangtua lebih baik. Ada sejumlah hal yang terlupakan, padahal kalau dilakukan, amat baik bagi perkembangan anak dimasa mendatang.
Salah satu contoh dari sekian banyak hal yang dikemukakan, ya mengenai senyum tadi. Banyaknya pekerjaan yang mesti dilakukan orangtua pada umumnya-mulai dari urusan rumah sampai kantor, juga urusan sosial-membuat orang kadang-kadang hidup dalam ketegangan. Malah banyak orang merasa sering kehabisan waktu.
Coba sesekali tanyakan pada diri sendiri: sudahkah saya senyum atau tertawa hari ini? Apakah saya tertawa pada lelucon yang disampaikan anak?
Jangan-jangan sepanjang hari Anda cuma sibuk memikirkan macam-macam hal, sehingga lupa merespons cerita anak secara menyenangkan. Padahal, senyum sederhana sekalipun, bisa melepaskan ketegangan dan segera meningkatkan kegembiraan Anda. Kendati Anda tidak ingin tersenyum, para ilmuwan menganjurkan, jangan segan-segan memaksa bibir Anda untuk senyum, karena hal ini akan meningkatkan semangat Anda.
Mempunyai anak kecil kadang memang membuat Anda jadi tak sabar, terutama kalau mereka membandel, “melanggar” aturan yang Anda berikan. Umpama saja, sudah dipesan berulang kali, masih saja si kecil makan kue menjelang waktu makan. Akibatnya ketika harus makan dia malah ngambek dan uring-uringan.
Kalau dalam situasi seperti itu, Anda balik marah, akibatnya akan menjadi lebih negatif. Si anak akan bertambah kerewelannya, membuat Anda dua kali kesal.
Untuk mengurangi emosi, pindah ke ruang lain. Jika kebetulan “keributan” itu terjadi di tempat umum, di pasar swalayan, misalnya, berpalinglah ke lain gang supaya Anda bisa berjarak untuk sementara. Seorang ibu punya cara menarik untuk mengatasi kekesalannya. Kebetulan kejadiannya di rumah, sehingga dia bisa pergi ke lemari es, mencuci muka dengan es-es itu. “Es yang dingin itu ternyata mendingink an hati saya juga. Dan itu mengingatkan saya agar tidak bertengkar (dengan anak saya),” katanya.
Malas-malasan bersama
Sudah lazim seluruh anggota keluarga kumpul semua di rumah. Paling tidak pada hari libur akhir pekan, anak tidak ke sekolah, orangtua tidak harus pergi ke tempat kerja. Namun banyak keluarga yang asyik pada pekerjaan atau kesukaan masing-masing. Si ibu mungkin melampiaskan waktu luangnya membaca majalah atau buku, suaminya utak-atik kendaraan, sedang anak mendapat kelonggaran main game atau nonton film sepuasnya di hari libur. Pendeknya mereka semua berada dalam satu atap, tetapi sebenarnya masing-masing ada di tempat lain.
Waktu kebersamaan yang tak terstruktur mungkin merupakan hadiah berharga yang bisa Anda berikan buat buah hati Anda. Tak ada salahnya sekali atau dua kali dalam seminggu Anda mencari waktu luang satu atau dua jam bersama seluruh anggota keluarga. Abaikan sejenak aktivitas lain. Kalau perlu tunda waktu mandi atau bersih -bersih badan. Ajak anak-anakngumpul ke tempat tidur Anda, santai atau b ermalas-malasanlah bersama. Tentu tidak dalam arti untuk tidur lagi setelah bang un pagi karena hal itu bukan tujuannya, tetapi kebersamaan seperti inilah yang diharapkan bisa membangun keakraban secara lebih efektif. Malas-malasan bareng ini tak mesti dilakukan di kamar atau di tempat tidur, tetapi juga bisa dilakukan di ruang keluarga.cara menjadi orang tua yang baik
Jika anak Anda masih balita, kesempatan ini sekaligus juga bisa digunakan untuk “melihat dunia melalui mata mereka”. Biarkan si kecil bercerita apa saja menurut versi anak-anak. Ini akan memperkukuh perasaannya bahwa perasaan dan pikiran mereka dihargai.
Satu hal yang perlu dijaga, tahan untuk tidak menggurui, memperbaiki atau memotong-motong cerita mereka. Dengarkan saja, mungkin di luar dugaan dari cerita mereka Anda bisa mengetahui perasaan-perasaan yang ada dalam diri mereka, juga panda ngan mereka tentang hal tertentu. Tidak setiap kali Anda bisa mengungkap itu, cuma sekali waktu, pasti Anda mendapatkannya tanpa terduga.
Sentuhan
Banyak orang dewasa yang menganggap sepele komunikasi lewat sentuhan fisik. Malah orang lupa bagaimana kuatnya gerakan-gerakan fisik sederhana dalam mengeks presikan perasaan cinta.
Ciuman atau belaian singkat sangat dianjurkan untuk diberikan kepada anak sebelu m mereka berangkat ke sekolah, karena memberikan rasa aman. Sesekali Anda perlu mengingat: “Eh apa saya sudah mengekspresikan rasa sayang saya hari ini dengan sentuhan?”
Meski demikian, Anda perlu sensitif untuk melakukannya. Salah-salah anak Anda merasa malu atau tak nyaman dengan cara Anda mengekspresikan cinta. Maka sebaiknya Anda mengetahui persis bagaimana bentuk sentuhan yang paling efektif buat anak Anda.
Jangan sepelekan manfaat mendongeng buat anak-anak. Sesibuk apa pun orangtua, tugas ini hendaknya tidak diabaikan. Tak punya waktu, tidak boleh jadi alasan untuk tidak mendongeng untuk anak. Apalagi dongeng bisa dilakukan sambil tidur-tidur an. Toh waktu yang diperlukan cuma sebentar saja. Kalau tak bisa setengah jam, seperempat jam pun tak jadi soal.
Mengapa Anda perlu “memberi makan” anak-anak dengan dongeng, karena cerita secara tak langsung mengajarkan kehidupan. Bahkan sebuah penelitian menemukan, irama, ritme, dan tekanan suara-yang kebalikan dari jenis suara bicara-memberi ketenangan pada anak serta membantu membebaskan dari rasa takut. (Parents/ret)
Sumber : Harian Kompas (8/8/1999)


Sumber: Beberapa Cara Menjadi Orang Tua Yang Baik | Keluarga http://keluargacemara.com/keluarga/beberapa-cara-menjadi-orang-tua-yang-baik.html#ixzz267RXSLGF 

Tes Intelegensi


SEJARAH TES INTELIGENSI
Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan administratif dan manajerial.
Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han (200 SM- 200 M), namun seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah pada bidang militer, perpajakan, pertanian, dan geografi. Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer perancis dan Inggris. Sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang berbeda, seperti tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel atau puisi, hanya 1 % sampai dengan 7 % yang diijinkan ikut ambil bagian pada ujian tahap kedua yang berakhir dalam tiga hari tiga malam. Menurut Gregory (1992), seleksi ini keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina yang kompleks. Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan dengan baik oleh para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif
Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama yang menggunakan laboratorium dengan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt mengembangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan Cattel (1890) menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan pada tidak dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun Pada dasarnya tes mental temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton.
Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Alfred Binet. Selain kontribusi nyata

Sepuluh Perangkat Penting dalam Pengasuhan yang Positif


MENENTUKAN BATASAN.
Perlu diyakini bahwa setiap anak itu memerlukan batasan. Anak benar-benar membutuhkan aturan yang lentur dan ia akan mengalami kebingungan tanpa peraturan. Dengan membuat batasan berarti kita telah menyediakan lingkungan fisik yang memberikannya rasa aman dan dapat dijadikan tempat belajar. Setiap usia akan mempunyai batasan tersendiri, dengan demikian kita sebagai orangtua juga harus siap untuk memperluas batasan kita sesuai dengan perkembangan usia anak.
Jika kita menentukan batasan tidak perlu banyak-banyak, paling banyak 5 atau 6 saja. Letakkan di tempat yang mudah dilihat mereka, sepertinya di pintu kulkas adalah tempat yang tepat.
4 petunjuk tepat bagi keluarga mengenai bagaimana memperlakukan dan diperlakukan anggota keluarga dengan baik:

Intelegensi ≠ IQ


Menurut David Wechsler , inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :